Selasa, 20 Desember 2011

Kisah Gadih Minang di Perantauan

Sesekali ia terlihat menghela nafas. Tangannya yang terlihat keriput ntah apakah senyatanya begitu atau korban dari kerasnya kehidupan di kota. kira-kira umurnya 50 an. Sebuah kotak kecil yang setia menemani hari-harinya masih berisi recehan cepek-an. yah, mungkin dengan begitu harpan akan semakin menguat dan doa akan semakin dalam dipintakan.
Rintik hujan membuatku berpapasan dengannya di gang yang menjadi saksi penrjuangan ku di kampus ternama ini. Matanya masih sama saat pertama kali bertemu di gang itu. Sayu dan penuh harap. Kucoba tersenyum namun ntahlah apakah seringai mengerikan yang keluar atau memang semburat ketenangan yang dipancarkan. Pikiran negative selalu merasuki pikiran dari orang-orang tak dikenal hingga teman sejawat. “Pengemis itu kaya loh, sebulan bisa dapat jutaan”
Hmm..
(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar