Rabu, 28 April 2010

kado terindah


Kado kecil tuk Adikku

Sepenggal kisah kusampaikan
Tuk seorang pemuda gagah…
Denting cinta dan mutiara kasih saying…
Kuberikan tuk remaja nan tampan…
Nada-nada kerinduan kulantunkan…
Tuk seorang yang selalu ada di hatiku…

Duhai adikku…
Dengarkan lewat batinmu…
Kakakmu menyampaikan bening-bening berlian
Perhatian padamu…
Yakinlah..aku selalu mendo’akanmu..
Agar menjadi seorang pria nan tangguh..
Pejuang Allah nan perkasa …

Hingga suatu saat nanti
Kakakmu bisa dengan bangga mengatakan
“Adikku adalah kau”

(28 April 2010, 12 hari setelah milad Arif)

Senin, 26 April 2010


Tuk BINTANG kecilku

Kucari hingga ujung dunia..
Bahkan di palung samudra…
Kucoba raih bintang di langit…
Bahkan sampai ke bulan yang merona…
Namun tak kutemukan

Lelah badan terseok-seok
Kudapati “ia” di sudut tak terlihat
Tak terperhatikan..bahkan tak terjamah
“ia” ada dan kutemukan disini
Ya…kebahagiaan itu kutemukan di sini
Tak telihat namun menyimpan berjuta
…. BINTANG…

(Pocut Baren,19 Maret 2010)

Renungan


Lika-liku hidup

Perjalanan kehidupan sedikit demi sedikit telah terlewati dengan begitu banyak hikmah dan lika-liku yang tak kan bisa terlupakan..
Setiap waktu yang berlalu member I bekas dan selalu mengingatkan bahwa hidup ini akan berarti bila langkah di dalamnya selalu dalam koridor yang mulia, bahwa hidup hanya akan berarti bila setiap detiknya dimanfaatkan…
Ternyata memang,seorang petinju tak kan bisa memenangkan pertandingan bila ia tidak berlatih dan tidak yakin akan dirinya…seekor anak burung tidak akan bisa terbang bila ia tidak mencoba mengepakkan sayapnya…seekor kura-kura tak kan berani berjalan bila ia tidak yakin dengan kekuatan karapaksnya…ternyata..dan ternyata….
Ternyata keberadaan kita di jalan dakwah ini, tidak serta merta langsung membawa diri kita maupun orang lain menjadi seorang muslim sejati…tetapi semuanya butuh proses,dan dalam menjalani proses itulah harus ada usaha untuk memperbaiki diri…
Yang harus diyakini adalah..bahwa dalam jalan ini kita tidak sendiri…ada saudari-saudari yang akan mengingatkan …seperti hari ini..banyak yang memberikan tausiyah tanpa diminta..

Wahai tentara Allah…
Gunung tinggi menjulang
Samudra luas membentang
Adalah lahan peneguhan

Hutan rimba
Padang gersang
Jadi ajang pembuktian

Hujan badai
Terik panas
Kerontang
Pasti kan hiasi perjalanan

Saat langkah telah diayunkan
Pantang surut kebelakang
Hingga sampai tujuan
BERTAHANLAH….BERSIAPSIAGALAH!!


(Depok,25 Mei 2009)

Muslimah


Kartini dan muslimah sejati

Ibu kita kartini
Putri sejati,putri Indonesia,harum namanya
Ibu kita kartini pembela bangsa
Pembela kaumnya untuk merdeka

Masih ingat lagu kesayangan kita di waktu kecil?? Lagu yang membangkitkan semangat nasionalisme dan rasa kebanggaan terhadap kontribusi dari kaum perempuan. Perjuangan seorang Kartini bagaikan mata air di padang pasir,yaitu saat dimana kaum perempuan dianggap lemah dan tak berdaya,beliau justru mematahkan semua paradigma terhadap perempuan, membuat dogma baru bahwa perempuan punya hak yang sama dengan kaum laki-laki dalam segala hal, yang membedakannya hanya dalam tataran konsep dasar dan hakikat bahwa perempuan berbeda dengan laki-laki. Sehingga kumpulan tulisannya pun dibukukan dengan judul “habis gelap terbitlah terang”. Bahagiakah kartini??entahlah, tidak ada yang tau apakah ia puas dengan semua pengorbanannya untuk bangsa ini, karena sekarang wanita jusrtru lebih tidak dihargai bahkan oleh wanita itu sendiri dan berkembang pemikiran yang menyetarakan laki-laki dan perempuan. Kebanyakan kaum perempuan menilai sama antara feminisme dengan apa yang diperjuangkan oleh seorang Kartini. Begitu banyak perbedaan pendapat tentang ini, yang jelas konsep seorang perempuan lembut namun cerdas yang dibawa oleh putri Bupati Jepara ini sekarang sudah mulai mereduksi akibat pengkambinghitaman HAM. Lagi-lagi HAM.
Benarkah seorang kartini berjuang untuk kebebasan yang seluas-luasnya untuk perempuan??saya yakin tidak. Karena bagi kartini tidak ada pendiskriminasian terhadap perempuan, bukan berarti perempuan meninggalkan peran dan fungsi sebagai seorang wanita itu sendiri, sebagai seorang istri, dan sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Yang jelas sebelum Kartini lahir sudah ada seorang manusia sempurna yang jauh lebih berperan dalam perjuangan untuk mengangkat derajat kaum perempuan, ia bukan seorang wanita, namun perjuangannya membuktikan betapa Islam menghargai dan memuliakan seorang wanita.
Penyebutan ibu 3 kali dan ayah 1 kali dalam sebuah hadist bukannya tanpa arti, namun tersirat makna bahwa yang lebih diutamakan untuk dihargai adalah ibu, bukan berarti pula tidak menghormati ayah. Hanya saja, seorang wanita harus melalui masa-masa berat untuk mendapat title ibu, mulai dari mengandung, melahirkan hingga menyusui dan membesarkan anak. Tak heran jika dalam Al-Qur’an surat Luqman :14 dikatakan:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Perempuan dan laki-laki memang insan yang berbeda, namun dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa perbedaan itu hanya dalam masalah peran dan fungsi saja, bahwa seorang perempuan mempunyai fungsi sebagai :mar’atushsholihah, zaujatu muthi’ah ,dan ummul madrasah berbeda dengan laki-laki,namun dalam masalah pendidikan, pekerjaan dan masalah teknis lainnya perempuan dan laki-laki sama asalkan perempuan tidak meninggalkan peran dan fungsinya tadi. Antara perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan derajat tertinggi di mata Allah yaitu taqwa.

Jika Kartini menginginkan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, maka Islam jauh mempunyai impian yang lebih mulia terhadap perempuan,. kembalikan lah segala sesuatu kepada Al-Qur’an dan hadist, bahwa apapun paham-paham yang berkembang sekarang namun tetaplah menjadi jati diri seorang muslimah, seperti Siti Khadijah yang walaupun seorang saudagar, namun mampu menjalankan perannya sebagi istri dan menjadikannya seorang wanita sholihah.. karena setiap muslimah adalah mutiara…
Wallahu’alam bishshowab…


R Muthiara W

Kamis, 15 April 2010

politik

Antara Figur dan Kinerja

100 hari yang lalu saat rakyat Indonesia “berpesta” dalam rangka pemilihan umum presiden Negara ini,yang terpikir di benak setiap orang saat itu beraneka ragam dari yang berharap agar calonnya terpilih menjadi presiden, sampai yang dengan acuhnya tidak peduli siapa yang akan menjadi pemimpin karena toh akhirnya akan sama saja dengan yang sudah-sudah.
Selintas dari jumlah pemilih dalam pemilihan umum saja telah terlihat bagaimana sebenarnya pandangan rakyat terhadap pemerintah. Kepercayaan dan rasa hormat terhadap keijakan yang dikeluarkan hanya menjadi nostalgia belaka,bahkan yang terjadi adalah kasak kusuk prbincangan aib pemerintah dari mulut ke mulut sehingga berpengaruh pada Pemilu yang akhirnya dianggap sebagai formalitas belaka untuk menarik hati rakyat. Sungguh sangat disayangkan betapa kepedulian itu semakin menurun akibat egoisme kelompok tertentu.
Ternyata tidak sekadar perhatian masyarakat terhadap pemilu yang berkurang, kualitas dari pemilu itu sendiri tidak setara dengan nilai dari pemilu sebelumnya bahkan cederung bertlak belakang, hal ini dapat dilihat dari hasil pesta yang digemar-gembrkan media masa selang beerapa waktu hingga pengumuman presiden terpilih. Pemilu pada periode ini dinilai terlalu tergesa-gesa untuk dilakukan sehingga mempengaruhi proses dari Pemilu itu sendiri, seperti pendistribusian peralatan untuk pencontrengan yang salah tujuan dan tidak tepat waktu, pendataan yang bermasalah sehingga ada yang terdaftar dua kali bahkan ada yang tidak terdaftar sama sekali dalam DPT.
Permasalahan-permasalan yang dianggap akan selesai dengan berakhirnya Pemilu ternyata tidak sampaidisitu saja, hasil Pemilu yang berbeda dari tiap lembaga penghitungan suara menjadi pemicu penerimaan terhadap hasil akhirnya, yaitu terpilih kembali Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI periode 2009-2014. Rakyat dan lembaga kemasyarakatan serta media masa yang turut mengawasi jalannya perhitungan suara menjadi saksi betapa tidak beresnya Pemilu di periode ini. Dalam satu nama pemilih bisa terdapat beberapa nama yang sama dengan daerah pemilihan yang kadang tidak sesuai, dan ada juga yang ternyata tidak ada orangnya. Wajar bila suara 60% lebih yang didapatkan oleh calon yang diusung Partai democrat ini diragukan kevalidan datanya karena dicurigai adanya kecurangan dalam pengumpulan suara tersebut.
Seiring berjalannya waktu, telah 100 hari pemerintahan dijalankan oleh SBY, meskipun itu sebenarnya dikurangi dengan 5 tahun pemerintahan sebelumnya. Banyak polemik yang datang tidak dari rakyat saja, bahkan dalam satu koalisi saja masih ada rasa kurang percaya walaupun tidak diungkapkan secara tidak langsung. Hal ini bermula dari kasus Century yang coba diselesaikan dengan dibentuknya pansus yang terdiri dari perwakilan partai. Kesimpulan yang tidak bulat dari pansus justru membingungkan masyarakat terhadap hasil akhirnya. Pada akhirnya , SBY menyatakan kekecewaan terhadap partai tersebut dan bahkan anggota pansus dari partai democrat, Ruhut Sitompul menyatakan bahwa Demokrat tidak akan rugi kalaupun kedua partai itu keluar dari koalisi.
Belum selesai masalah internal, masalah eksternal pun akhirnya berdatangan. Aksi masa yang terdiri dari mahasiswa dan perimpunan masyarakat yang mengatasnamakan rakyat berkumpul di Ibukota Negara untuk menyampaikan aspirasi mereka dan menuntut tindak lanjut dari SBY terhadap kasuss Century. Bahkan diangkat pula isu pemakzulan presiden. Menurut hemat saya, Negara kita adalah Negara demokrasi dimana setiap orang berhak untuk menyatakan pendapatnya masing-masing, tetapi seharusnya tetap ada landasan yang mendasari kritik yang diberikan kepada pemerintah. Masyarakat seharusnya memahami terlebih dahulu selukbeluk pemakzulan atau impeachment tersebut sehingga isu-isu yang dilontarkan tidak sekadar melampiaskan emosi belaka namun berdasar pada kepahaman. Di satu sisi isu pemakzulan tidak masalah disampaikan dengan mengatasnamakan rakyat dengan hanya sekadar kata-kata turunkan presiden..namun secara legal hal itu tidak dapat diartikan sebagai bentuk kepastian bahwa presiden harus diturunkan karena usulan impeachment tidak sekadar berasal dari suararakyat, namun ada proses khusus untuk dapat memberhentikan presiden. Presiden dapat diberhentikan atas usulan DPR yang kemudian diproses untuk dapat disampaikan kepada MPR dan diteruskan kepada MK, hal itu terjadi setelah terbukti bahwa presiden tersebut bersalah(melanggar haluan Negara dan Undang-Undang ) .
Setelah mengalami masa pemerintahan SBY yang lebih dari 5 tahun, masyararakat trentu sudah dapat melihat apakah sebenarnya SBY hanya sekadar pemimpin dengan popularitas figure belaka atau benar-benar dipilih karena kinerja yang dinilai sangat baik. Kinerja berarti tidak hanya melihat pada sosok kepemimpinan beliau saja, namun juga kualitas dari orang-orang yang telah diamanahkan untuk dapat menempati posisi atas nama rakyat. Hal inilah yang sekarang masih diragukan, karena Indonesia tidak hanya butuh pemimpin yang berkualitas tetapi juga orang-orang yang baik secara teknis maupun konsep berkomitmen untuk kemajuan bangsa ini, tak sekadar menghabiskan uang rakyat untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja.
Persoalan banyaknya yang memilih SBY sebagai presiden tidak bias dijadikan rujukan bahwa rakyat Indonesia telah mendukung sepenuhnya beliau untuk mempimpin bangsa ini. Betapa banyaknya oknum yang menyebut dirinya democrat ternyata tidak menunjukkan jati diri bangsa yang luhur. Sungguh, kalaupun bias dikatakan bahwa kepemimpinan yang baik belum dapat dinilai dari personal saja, namun juga dari tim yang dipimpin.
Figur menjadi salah satu penarik hati masyarakat, toh kalaupun tidak mengetahui bagaimana sebenarnya parpol yang mengusung figure tersebuty masyarakat tetap akan memilih yang lebih terlihat intelek dan berpengalaman dibandingkan dengan yang biasa saja, namun tetap itu adalah opini sebagian masyarakat. Karena figure dan kinerja seharusnya dijadikan satu kesatuan, bukan sekadar tumbal. Maka, SBY sebagai wakil dari democrat harus bias merasakan kehendak dari masyarakat, tanpa egoisme semata, hal ini berdasarkan fungsi seorang presiden yaitu sebagai mandataris rakyat .
Indonesia sebagai Negara hukum mempunyai aturan-aturan sendiri dalam pelaksanaan pemerintahaannya. Olej karena itu, patut disayangkan bila semua yang telah diatur dalam Undang-Undang tidak dijadikan rujukan. Walaupun memang yang salah bukan undang-undangnya, tetapi orang-orang yang berada di dalamnya sehingga undang-undang terkadang diabaikan,belum lagi dengan ketidakpahaman rakyat yang berujung pada sikap main hakim sendiri.
Pemilihan umum sebagai sarana untuk memilih wakil rakyat seharusnya tidak menjadi ajang pelampiasan perebutan kekuasaan belaka, ya, patutlah para petinggi di parpol yang akan ikut dalam Pemilu melihat terlebih dahulu apa yang dibutuhkan rakyat sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945 bahwa pemerintahan adalah utnuk kesejahteraan rakyat.
Dengan pemertintahan sekarang yang masih tinggal kurang lebih 4 tahun lagi, hendaknya rakyat tidak terpancing oleh provkator yang hanya ingin memcah belah bangsa ini, karena pemerintahan yang masih 100 hari ini sebenarnya hanya sebagai awalan dan bukan representasi dari pengelolaan pemerintah yang berusia 5 rahu. Walapun ada sebagian pengamat yang bersikukuh bahwa 100 hari harusnya menjadi awaln yang baik, bila tidak maka dapat dipastikan kebelakangnya tidak akan lebih baik.
Sebagai seorang calon ahli hukum saya menilai kinerja penmerintah tidak dapat dinilai dari satu sisi kekuranganya saja, namun seharusnya kita punya patokan atau standar penilaian untuk keberhasilan sebuah pemerintahan, tidak sekadar subjektif belaka. Dari pihak pemerintah sendiri juga tidak boleh menutup mata untuk semua kritikan yang disampaikan baik daripihak oposisi mapuun oleh rakyat karena hal itu sebgai salah stu controlling dalam sebuah pemerintahan apalagi kita sebagai Negara yang menjalankan system multi partai .
Figure dan kinerja memang tidak dapat disatukan, namun keduanya dapat digandengkan sehingga tidak berat sebelah dalam permasalahan pemerintahan. Sebagaimana yang disampaikan dalam mediamasa, bahwa Presiden SBY hanya punya popularitas emata tanpa disertai dengan dukungan dari kinerja bawahanya yang baik. Namun, democrat harus selalu siaga untuk tidak terlalu ambisi dalam mecoba mempertahankan pemerintahan yang telah diraih sat ini, Karen meskipun tidak ada hal-hal yang membuat SBY dapat diberhentikan, namun sewaktu-waktu bila memang SBY tidak mampu lagi memegang tampuk kepimpinan ini maka bersiaplaj untuk menyatakan kalah terhadap rakyat. Rakyat lah yang semestinya mampu menilai seperti apa yang mereka inginkan walaupun toh akhirnya rakyat terkadang tidak dapat menilai sevara hukum, namun secara sosiolgos rakyat mampu merasakan bagaimana kepemimpiann SBY periode ini. Maka, figure dan kinerja harus dapat digandengkan tidak mesti dipisahkan sehingga mutlak kemenangan untuk memimpin bangsa ini ada di tangan orang-orang yang benar-benar mampu.

Rabu, 07 April 2010





Renungan

dimana dirimu teman ??

dimana dirimu teman??
saat ku terseok tuk berjalan menuju puncak yang ntah kapan kucapai...
aku lelah...
capek...
haus..lapar...
dimana sambutan hangat tanganmu?
tuk "bakar" diri ini ..
dimana senyum tulusmu??
tuk sekadar mengingatkanku bahwa dirimu masih ada di sampingku..
dimana kata-kata nasehat darimu??
tuk sadarkan diri yang berlumur dosa..
dimana teriakan takbirmu???
tuk "hidupkan" mesin tubuhku yang mulai aus

aku sampaiakan padamu teman.....
di kiri kananku hanya ada jurang yang menganga..
pohon-pohon "maksiat" berdiri kokoh disampingku...
cuaca dingin menusuk tulangku...
tak kuhiraukan teman...
hanya tuk temukan senyuman mu...
sosok tubuhmu...

dimana dirimu teman???

haruskah kulalui pendakian ini seorang diri??
kuyakin dengan bersamamu aku mampu menuju puncak tertinggi sekalipun...
saat ini kusandarkan diriku hanya padaNya...
agar ku tak larut dalam pencarian dirimu yang entah masih ada atau tidak..atau
kini dirimu hanyakah sebuah bayangan belaka??

tidak teman...kuyakin engkaupun sedang menungguku tuk hampiri dirimu
dan berkata...mari kita susuri jalan ni bersama...

dimanakah dirimu teman??


R Muthiara W

Depok, 7 April 2010

Sabtu, 03 April 2010

Renungan

seberapa berharga waktumu?

pernahkah kita berpikir tentang waktu? mengapa Allah ingatkan kita dalam Surat yang sejak kecil sudah kita hafal bahwa...:
"Demi masa,sesungguhnya manusia kerugian..."

siapakah manusia yang merugi?

"...kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran."

manusia yang merugi adalah yang TIDAK beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran. ya..menasihati bisa diartikan sebagai saling membantu dalam kebaikan, mengingatkan saudari kita di saat dia lupa dan bahkan bisa diartikan dengan berdakwah.

dakwah bisa apa saja, di mana saja,dan kapan saja. mulai dari bangun tidur, kita berdakwah dengan mengjak saudari untuk sholat berjamaah..
sarapan pagi, kita mengajak orang lain tuk bersyukur akan nikmat makanan dengan berdoa sebelum makan.
di prkuliahan, kiat mengajak teman-teman untuk meningkatkan keilmuan sebagai wujud dari muslim yang berintelektual...
setiap waktu
setiap ksempatan
dan setiap keadaan
bisa menjadi saran untuk berdakwah..tak perlu menunggu berada di masjid untuk bisa berdakwah..karena dakwah adalah ajakan dari hati ke hati, dengan niat yang tulus, dakwah bisa menjadi sarana untuk memuslimkan manusia...

semoag kita bisa menjadi orang-orang yang selalu melewati waktu dengan terus berbuat kebaikan....