Rabu, 02 Maret 2011


Selaksa Cinta untuk Ayahanda


Ku tak pernah meminta untuk menjadi buah hatinya…
Kala itu ku hanya bagaikan kertas putih tak tergores..suci..
Ku tak pernah meminta untuk menjadi yang paling disayangnya..
Berjuta benih bintang pastikan berlomba tuk mengharapkan.
Ku tak pernah meminta untuk menjadi yang paling dipujinya..
Seluas pasir di pantai menjadi saksi perjuangan srikandi di setiap pulau di belahan dunia..

siluet gagah itu bagaikan oase di tengah gurun pasir kehidupan..
Datang tanpa mengharap untaian terima kasih..
Karena ia hadir dengan cara berbeda dari terkira..
Pendekar itu bukan lah seorang perempuan..
Namun, kecupan hangat di kening tak lepas kala ku harungi samudra penuh dentuman ombak tak bersahabat..
Untaian kalimat mutiara selalu hiasi perjalanan saat wajah tak bersua..
Tatapan yakin dan penuh kobaran semangat berbingkai keikhlasan jadi santapan yang meneguhkan..

Dulu belum termaknai semua itu..
Buaian tangan kekar yang rela berlelah setiap detik
Tak ternyana di dalam hati rindukan jundi pelipur lara
Nyanyian malam yang melelapkan tak disiakan walau tuk sekadar mengecup si buah hati,
Melihat wajah generasi harapan..mengantikannya dimasa depan..

Hati berkata namun lisan tak terbawa
Hanya doa pada Yang Kuasa..
tersampaikan lah selaksa cinta tuk ayahanda..

(Depok, 2 Maret 2011)
Met Milad yah..^^

Selasa, 01 Maret 2011

“Menjadi Pemuda,Menjadi Mulia”

Sebuah konsep keteguhan hati dan cita-cita yang tinggi telah lahir dari semangat para pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Perjuangan yang dilandasi kekuatan para pejuang muda kala itu membuahkan hasil sehingga saat ini pemuda menjadi sorotan dunia.
Namun, jauh sebelum itu, tepatnya 1400 tahun yang lalu ketika hiruk pikuk dunia dan maksiat merajalela , sebuah tangisan bayi yang tidak biasa terdengar dari rumah salah seorang wanita mulia yang kelak diberi nama Muhammad SAW. Kemuliaan yang dihadirkan dari sosok pemuda tangguh namun lembut ini membawa cahaya pengharapan yang mempengaruhi peradaban, tak sekadar wilayah tempat tinggal kaumnya namun seluruh dunia.
Pemuda…sebuah kata yang mampu menggetarkan dunia. Pemuda menjadi sosok yang disegani karena pemuda mempunyai pemikiran yang luar biasa. Bahkan seorang Soekarno pernah berkata’ Berikan aku seratus pemuda yang progresif dan revolusioner maka niscaya aku akan mengubah dunia”. Pertanyaannya, pemuda yang bagaimana yang mampu mengubah dunia?
Selintas terlihat mahasiswa dengan jaket almamaternya sedang meneriakkan kata –kata di tengan teriknya matahari. Meneriakkan yel-yel yang membangkitkan semangat mahasiswa lain. Dengan semangat itu pula yang menyebabkan terlontarnya kata-kata”aksi lebih penting dari pada kuliah…aksi kita untuk masyarakat. Kita mahasiswa pro rakyat!!”
Di waktu yang sama, terlihat sekelompok mahasiswa sedang berdiskusi di lingkungan fakultas hukum. Mati-matian memperjuangkan studi demi masa depan lebih baik, yang pastinya ingin mendapat ipk minimal 3.00.
Sekilas, terlihat dua perbedaan diatara mereka, yang satu memperjuangkan akademik, dan yang satu lagi berorientasi organisatoris. Namun, keduanya punya satu kesamaan, sama-sama “bergerak”. Ketika orientasi akademis dan organnisatoris digabung, maka terciptalah pemuda (baca;mahasiswa ) yang progresif seperti yang diimpikan oleh Soekarno. Mahasiswa yang dalam Islam dianalogikan sebagai muslim yang sholih dan muslih. (sholeh dan mensholehkan)artinya tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga bermanfaat bagi orang lain.
Layaknya paradigma bahwa muslim adalah laki-laki, maka pemuda terkadang hanya diartikan sebagai laki-laki yang mampu berpikir kritis. Padahal, sejarah juga mencatat pemudi pun turut berperan dalam perintisan kemenangan. Sejarah Islam mencatat seorang wanita yang mampu membuat terkesima para pejuang muslim bukan karena bentuk fisik yang diagung-agungkan zaman ini, tapi ketangguhan dalam menegakkan agama Islam. Wanita mulia itu bernama Khansa’.
Pemudi tak hanya menjadi bagian pelengkap saja, ia merupakan pejuang yang tidak terlihat. Lihatlah bagaimana Fatimah Az-Zahra , putri Rasulullah memberikan bukti konkret peran seorang pemudi dalam menjadi pioner penegak panji Islam. Seorang pemudi yang ternyata di usia mudanya mampu menemani masa-masa kepemimpinan Rasulullah dan menjadi teladan bagi penuntut ilmu.
Sudah jelas nampaknya bahwa paradigma pemuda(baca:mahasiswa) yang harus menjadi seorang organisatoris maupun harus menjadi akademisi hanyalah impian biasa. Yang luar biasa adalah impian menjadi pemuda yang tulus dalam melakukan semuanya. Kuliah, organisasi, maupun kegiatan lain hanya wadah untuk menampilkan nilai-nilai kepemudaan yang ada pada diri kita. Hanya, tinggal kita yang memilih, apakah menjadi pemuda mushlih yang progresif atau menjadi pemuda biasa yang menjalankan rutinitas kemahasiswaannya??hanya kita sendiri yang bisa memutuskan…